"Peran Mahasiswa Perbankan Syariah dalam Ekonomi Umat: Sebuah Renungan"
Pernahkah kita
bertanya pada diri sendiri: Mengapa saya memilih jurusan Perbankan Syariah?
Di antara banyak
jurusan lain yang mungkin lebih populer atau lebih menjanjikan secara finansial,
kita memilih jalan ini, jalan yang sunyi tapi penuh makna. Mungkin awalnya
hanya karena dorongan orang tua, tren, atau bahkan karena “tidak sengaja”. Tapi seiring waktu, pelan-pelan kita mulai
sadar: kita tidak sedang belajar tentang uang saja, kita sedang belajar tentang
nilai, tentang keadilan, tentang keberkahan.
Menjadi mahasiswa
Perbankan Syariah bukan sekadar mempelajari akad-akad dan istilah-istilah fiqh
muamalah yang rumit. Lebih dari itu, kita sedang mempersiapkan diri untuk
menjadi bagian dari perubahan besar: mengembalikan ekonomi kepada ruh-nya yakni
sebagai alat untuk menyejahterakan manusia, bukan menindasnya.
Saya ingat betul
saat pertama kali mengikuti seminar kecil di kampus yang membahas tentang riba
yang dimana pematerinya berkata dengan lembut, “Ketika kamu memahami ekonomi syariah, kamu tidak
sedang belajar alternatif dari sistem konvensional. Kamu
sedang belajar bagaimana menyelamatkan hidup orang lain dari ketidakadilan yang
tak terlihat.” Kata-kata itu menggugah. Sejak saat itu, saya mulai melihat ilmu
ini bukan sebagai teori, tapi sebagai amanah.
Kita hidup di zaman ketika umat Islam masih
bergelut dalam jerat pinjaman berbunga, hutang konsumtif, dan ketidaktahuan
tentang cara mengelola keuangan. Di sisi lain, kita sebagai mahasiswa perbankan
syariah diberi kemewahan untuk belajar, untuk memahami, dan untuk menyampaikan.
Kita punya ilmu, meskipun belum sempurna. Tapi bukankah dakwah ekonomi itu
justru harus dimulai dari kita?
Tak perlu menunggu jadi dosen, ustaz, atau
manajer bank syariah untuk berdampak. Kadang satu postingan di media sosial,
satu sesi diskusi di warung kopi, atau satu kegiatan edukasi keuangan di desa,
itu sudah cukup untuk menyalakan api kesadaran. Dan di situlah kita mulai
mengambil peran sebagai penyambung lidah kebaikan, sebagai teman dialog umat,
bukan hanya penghafal teori.
Teman-temanku
pernah berkata, “Kita ini bukan
siapa-siapa. Tapi kita punya hati dan ilmu. Kalau dua itu digabung, in sya
Allah kita bisa membantu menguatkan ekonomi umat.” Kata-katanya sederhana, tapi saya yakin itulah
esensi dari kenapa kita ada di sini: belajar agar bisa memberi. Memahami agar
bisa membimbing.
Dan pada
akhirnya, bukan soal seberapa besar gelar yang akan kita raih nanti, tapi
seberapa banyak kebaikan yang bisa kita tanam dari hari ini. Karena ekonomi
syariah tidak akan besar karena teori-teori di buku, tapi karena ada anak-anak
muda yang diam-diam berjuang menyampaikan nilainya, dalam diam, dalam cinta,
dalam keikhlasan.
Penulis: Andi Asti Yuninsi

Tidak ada komentar:
Posting Komentar