Kamis, 01 Mei 2025

SUARA YANG TAK TERDENGAR


        SUARA YANG TAK TERDENGAR Adalah bentuk nyata dari hilangnya nilai-nilai demokrasi.
1 Mei—hari di mana suara itu seharusnya didengarkan. Banyak variabel bisa digunakan untuk penyampaikan suara-suara tersebut. Dalam buku Rekayasa Sosial, dijelaskan bahwa salah satu variabel terkuat adalah turun langsung ke jalan: menyuarakan kebenaran, memperjuangkan hak.
Hari ini, Makassar memanggil!! Kaum buruh, mahasiswa, dan seluruh elemen masyarakat seharusnya turun ke jalan!
Walaupun di era 5.0, frame media menjadi wadah baru penyampaian aspirasi yang tak bisa diabaikan. Meski begitu, suara-suara yang ingin disampaikan sering kali dihadapkan pada berbagai hambatan. Dalam setiap seruan aksi memperingati Hari Buruh Nasional, massa aksi kerap dibenturkan dengan tembok penguasa dipukuli, diintimidasi, bahkan diamankan ke markas besar mereka. Ini bukan penggiringan opini negatif, ini adalah fakta nyata di lapangan.
Tembok-tembok pekuasaan yang katanya “mengayomi masyarakat” justru menjadi musuh dalam selimut. Ini adalah representasi dari hilangnya nilai bahkan matinya demokrasi itu sendiri.
Ironisnya, sebagian masyarakat yang memanggul titel sebagai buruh justru menjadi apatis terhadap hak-hak mereka sendiri. Di sisi lain, ada pula yang ingin bersuara, namun tak tahu bagaimana menyampaikannya.
Ini adalah fenomena sejak negeri ini katanya merdeka. Namun, kata “merdeka” itu hanya berlaku bagi mereka yang berkuasa. Apakah ini semuah pendiaman atau lawan?


Penulis: Fajri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar