![]() |
| Oleh : A. Alfian Arfan (Bukan siapa-siapa, Apalagi apa-apa) |
Prolog
Kapitalisme.
Sebuah terminologi yang sangat familiar bagi kita yang memilih untuk melanjutkan
pendidikan tinggi di bidang ekonomi dan keuangan. Ruang-ruang kelas,
forum-forum diskusi hingga tembok-tembok warung kopi adalah saksi seberapa populernya
topik ini diperbincangkan.
Namun,
apakah kita semua telah mendefinisikan kapitalisme dengan cara yang “paling”
tepat? Apakah kapitalisme itu sama dengan liberalisme? Apakah kapitalisme adalah
antithesis dari komunisme? Apakah kapitalisme itu adalah sebuah ideologi,
mazhab politik atau mungkin sistem ekonomi?
Ketika
kalian membuka google sekarang, kemudian mencari definisi kapitalisme niscaya
kalian akan menemukan deskripsi seperti ini, “kapitalisme adalah sistem ekonomi
dimana perdagangan dan kepemilikan alat produksi dipegang sepenuhnya oleh
swasta dalam rangka mencari keuntungan maksimal dengan modal seminim mungkin”.
Dari sini kita dapat melihat bahwa google dan ratusan artikel yang ada di
dalamnya mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi.
Pertanyaan
yang muncul berikutnya adalah, “apakah mengartikan kapitalisme sebagai sebuah sistem
ekonomi itu sudah tepat?”. Untuk menjawab pertanyaan ini perlu untuk mengetahui
apa definisi dari “sistem ekonomi” itu. Corporate Finance Institute menguraikan
sistem ekonomi sebagai sarana yang dengannya masyarakat atau pemerintah mengatur
dan mendistribusikan sumber layanan dan barang yang tersedia di seluruh
wilayah atau negara geografis.
Jadi
kalau memang kita bermufakat untuk mengartikan kapitalisme itu sebagai sebuah sistem
ekonomi, maka jelas harus ada negara di dunia yang secara resmi mengakui bahwa mereka
menganut sistem ekonomi kapitalisme. Sekarang, negara apakah yang mengakui secara
resmi menganut sistem ekonomi kapitalisme? Jawabannya, tidak ada. Tidak ada
satupun negara diatas permukaan bumi ini yang secara resmi mengakui bahwa mereka
menganut sistem ekonomi kapitalisme. Even Amerika Serikat, negara yang
dianggap sebagai tanah kelahiran kapitalisme pun secara resmi tidak mengakui kapitalisme
sebagai sistem ekonomi mereka. Faktanya mereka menganut sistem ekonomi campuran,
mereka menganut free enterprise untuk barang dan jasa, mixed untuk
mengelola sumber daya alam, market oriented untuk ekonomi dan pasar.
Mendefinisikan
Kapitalisme
Tidak
ada definisi kapitalisme yang dapat diterima secara universal. Walau demikian, bukan
berarti kapitalisme tidak dapat diidentifikasi. Untuk mendefinisikan sebuah terminologi
kita perlu kembali kesejarahnya, membongkar substansinya,
kitaharustahukapanistilahitupertama kali muncul,
untuktujuanapaistilahitudimunculkan, dan siapa tokoh yang memunculkan istilah itu.
Berangkat
dari premis di atas saya ingin bertanya kepada kalian, “siapa yang pertama kali
mempopulerkan istilah kapitalisme?” Jika kalian menjawab Adam Smith, selamat
kalian salah. Fakta historismencatat orang yang pertama kali
mempopulerkan istilah kapitalisme adalah Karl Marx melalui karyanya “Das
Kapital”, buku yang kemudian kita kenal sebagai “kitab suci” bagi kaum sosisalis.
Walau
demikian, bicara soal kapitalisme tetap tidak dapat dipisahkan dari sosok Adam
Smith, orang yang hari ini kita kenal sebagai Bapak Kapitalisme Dunia. Adam
Smith lahir di Skotlandia pada tahun 1723. Ia adalah seorang cendekiawan yang
buah pikirannya sampai hari ini masih kita gunakan sebagai pondasi ekonomi
modern. Salah satu karyanya yang paling terkenal dan masih sering dibahas dalam
ruang-ruang perkuliahan adalah “An Inquiry Into The Nature and Causes of The
Wealth of The Nations”, yang iatulis pada tahun 1776.
Dalam
tulisannya Adam Smith mengkritik monarkisme dan feodalisme yang menurutnya sangat
merugikan masyarakat dan pasar. Adam Smith menghendaki adanya kebebasan individu,
dimana setiap orang berhak untuk berdagang, memperoleh peradilan yang tidak memihak
dan jaminan atas kepemilikan. Salah satu poin penting yang disorot oleh Adam
Smith adalah kebebasan pasar, pemerintah sepatutnya tidak campur tangan dalam mekanisme
pasar, biarkan invisible hand bekerja. Adam Smith percaya bahwa persaingan
dalam pasar bebas akan memberikan kemakmuran bagi semua orang.
Dan
di dalam karyanya tersebut, Adam Smith menggunakan istilah ”commercial society”
untuk mendefinisikan pemikirannya tersebut, bukan “kapitalisme”. Hingga sampai
pada tahun kematiannya sekalipun kita tidak akan pernah menemukan literatur
yang ditulis olehnya yang mengandung kata kapitalisme. Atau mungkin bahkan seorang
Adam Smith pun tidak pernah mendengar dan mengenal istilah kapitalisme dalam hidupnya.
Seiring
dengan jatuhnya monarkisme, runtuhnya feodalisme dan terjadinya berbagai macam revolusi
orang-orang mulai bergerak kearah pasar bebas. Di kemudian hari, pasar
persaingan bebas ini menurut Karl Marx ternyata melahirkan resultan negative bagi
masyarakat, yaitu melebarnya kesenjangan sosial. Karl Marx beranggapan bahwa
pasar bebas telah menguntungkan kaum borjuis dan merugikan para kaum pekerja.
Melalui mekanisme pasar kaum borjuis yang memegang alat produksi dapat mengeksploitasi
para pekerja yang menjalankan alat produksi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Para kaum borjuis mengusahakan biaya paling minim pada commodity of production yang diperoleh
dengan menekan upah para pekerja. Proses inilah yang Marx sebut sebagai
“kapitalisme” dan para pelakunya disebut kapitalis.
Maka
dapat disimpulkan bahwa mengartikan kapitalisme sebagai sebuah ideologi adalah jelas
keliru, mendefinisikan kapitalisme sebagai sistem ekonomi masih kurang tepat,
dan yang paling mendekati dari kapitalisme adalah mode produksi.
Kapitalisme
adalah Liberalisme?
Banyak
di antara kita yang masih menganggap kapitalisme dan liberalism adalah sama.
Beberapa kadang ada yang menggunakan definisi liberalism untuk mengartikan kapitalisme.
Ataupun sebaliknya. Padahal, dari premis-premis saya sebelumnya dapatlah ditarik
sebuah inferensi bahwa kapitalisme dan liberalisme, walau adalah dua hal yang
terkait, namun tetap berbeda. Liberalisme adalah ideologi, sedangkan kapitalisme
adalah mode produksi.
Kapitalisme
mungkin lahir dari mekanisme pasar bebas, tetapi bukan berarti dia hanya dapat hidup
di alam pasar bebas. Seseorang bisa saja menjadi liberal tapi bukan kapitalis.
Dan dalam situasi berbeda dapat pula menjadi seorang kapitalis tanpa harus hidup
di ekosistem liberal. Sebagai gambaran: Tiongkok. Tidak akan sulit untuk menemukan
praktek-praktek kapitalis di sana; buruh-buruh diupah rendah dan para pemilik
modal memperoleh margin keuntungan yang sangat tinggi.
Lalu
bagaimana dengan komunisme, apakah kapitalisme adalah bentuk antitesa dari komunisme?
Sebagaimana
mempersamakan kapitalisme dan liberalism adalah hal yang keliru, maka memperbandingkan
kapitalisme dengan komunisme adalah lebih keliru lagi. Satu yang perlu kalian
pahami:komunisme itu tidak pernah benar-benar terwujud di dalam alam realita. Apa
yang kita sebut sebagai negara komunis, seperti Tiongkok ataupun Uni Soviet itu
tidak benar-benar komunis, lebih tepatnya mereka adalah sosialis. Kenapa?
Karena komunisme itu adalah keadaan setelah kapitalisme, dia adalah buah pikir
Marx yang sangat utopis, dimana semua orang adalah setara. Dan kita ketahui bersama
bahwa tidak pernah ada negara di dunia ini yang garis pada kurva Lorenz-nya berbentuk
diagonal sempurna.
Epilog
Kapitalisme
ini sangat adaptif, dia bisa hidup di mazhab apapun, tumbuh di ideologi apapun
dan berkembang di sistem pemerintahan manapun.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar