Kamis, 22 April 2021

Membedah Kapitalisme

 

Oleh : A. Alfian Arfan (Bukan siapa-siapa, Apalagi apa-apa)

Prolog

Kapitalisme. Sebuah terminologi yang sangat familiar bagi kita yang memilih untuk melanjutkan pendidikan tinggi di bidang ekonomi dan keuangan. Ruang-ruang kelas, forum-forum diskusi hingga tembok-tembok warung kopi adalah saksi seberapa populernya topik ini diperbincangkan.

Namun, apakah kita semua telah mendefinisikan kapitalisme dengan cara yang “paling” tepat? Apakah kapitalisme itu sama dengan liberalisme? Apakah kapitalisme adalah antithesis dari komunisme? Apakah kapitalisme itu adalah sebuah ideologi, mazhab politik atau mungkin sistem ekonomi?

Ketika kalian membuka google sekarang, kemudian mencari definisi kapitalisme niscaya kalian akan menemukan deskripsi seperti ini, “kapitalisme adalah sistem ekonomi dimana perdagangan dan kepemilikan alat produksi dipegang sepenuhnya oleh swasta dalam rangka mencari keuntungan maksimal dengan modal seminim mungkin”. Dari sini kita dapat melihat bahwa google dan ratusan artikel yang ada di dalamnya mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi.

Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah, “apakah mengartikan kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi itu sudah tepat?”. Untuk menjawab pertanyaan ini perlu untuk mengetahui apa definisi dari “sistem ekonomi” itu. Corporate Finance Institute menguraikan sistem ekonomi sebagai sarana yang dengannya masyarakat atau pemerintah mengatur dan mendistribusikan sumber layanan dan barang yang tersedia di seluruh wilayah atau negara geografis.

Jadi kalau memang kita bermufakat untuk mengartikan kapitalisme itu sebagai sebuah sistem ekonomi, maka jelas harus ada negara di dunia yang secara resmi mengakui bahwa mereka menganut sistem ekonomi kapitalisme. Sekarang, negara apakah yang mengakui secara resmi menganut sistem ekonomi kapitalisme? Jawabannya, tidak ada. Tidak ada satupun negara diatas permukaan bumi ini yang secara resmi mengakui bahwa mereka menganut sistem ekonomi kapitalisme. Even Amerika Serikat, negara yang dianggap sebagai tanah kelahiran kapitalisme pun secara resmi tidak mengakui kapitalisme sebagai sistem ekonomi mereka. Faktanya mereka menganut sistem ekonomi campuran, mereka menganut free enterprise untuk barang dan jasa, mixed untuk mengelola sumber daya alam, market oriented untuk ekonomi dan pasar.

 

Mendefinisikan Kapitalisme

Tidak ada definisi kapitalisme yang dapat diterima secara universal. Walau demikian, bukan berarti kapitalisme tidak dapat diidentifikasi. Untuk mendefinisikan sebuah terminologi kita perlu kembali kesejarahnya, membongkar substansinya, kitaharustahukapanistilahitupertama kali muncul, untuktujuanapaistilahitudimunculkan, dan siapa tokoh yang memunculkan istilah itu.

Berangkat dari premis di atas saya ingin bertanya kepada kalian, “siapa yang pertama kali mempopulerkan istilah kapitalisme?” Jika kalian menjawab Adam Smith, selamat kalian salah. Fakta historismencatat orang yang pertama kali mempopulerkan istilah kapitalisme adalah Karl Marx melalui karyanya “Das Kapital”, buku yang kemudian kita kenal sebagai “kitab suci” bagi kaum sosisalis.

Walau demikian, bicara soal kapitalisme tetap tidak dapat dipisahkan dari sosok Adam Smith, orang yang hari ini kita kenal sebagai Bapak Kapitalisme Dunia. Adam Smith lahir di Skotlandia pada tahun 1723. Ia adalah seorang cendekiawan yang buah pikirannya sampai hari ini masih kita gunakan sebagai pondasi ekonomi modern. Salah satu karyanya yang paling terkenal dan masih sering dibahas dalam ruang-ruang perkuliahan adalah “An Inquiry Into The Nature and Causes of The Wealth of The Nations”, yang iatulis pada tahun 1776.

Dalam tulisannya Adam Smith mengkritik monarkisme dan feodalisme yang menurutnya sangat merugikan masyarakat dan pasar. Adam Smith menghendaki adanya kebebasan individu, dimana setiap orang berhak untuk berdagang, memperoleh peradilan yang tidak memihak dan jaminan atas kepemilikan. Salah satu poin penting yang disorot oleh Adam Smith adalah kebebasan pasar, pemerintah sepatutnya tidak campur tangan dalam mekanisme pasar, biarkan invisible hand bekerja. Adam Smith percaya bahwa persaingan dalam pasar bebas akan memberikan kemakmuran bagi semua orang.

Dan di dalam karyanya tersebut, Adam Smith menggunakan istilah ”commercial society” untuk mendefinisikan pemikirannya tersebut, bukan “kapitalisme”. Hingga sampai pada tahun kematiannya sekalipun kita tidak akan pernah menemukan literatur yang ditulis olehnya yang mengandung kata kapitalisme. Atau mungkin bahkan seorang Adam Smith pun tidak pernah mendengar dan mengenal istilah kapitalisme dalam hidupnya.

Seiring dengan jatuhnya monarkisme, runtuhnya feodalisme dan terjadinya berbagai macam revolusi orang-orang mulai bergerak kearah pasar bebas. Di kemudian hari, pasar persaingan bebas ini menurut Karl Marx ternyata melahirkan resultan negative bagi masyarakat, yaitu melebarnya kesenjangan sosial. Karl Marx beranggapan bahwa pasar bebas telah menguntungkan kaum borjuis dan merugikan para kaum pekerja. Melalui mekanisme pasar kaum borjuis yang memegang alat produksi dapat mengeksploitasi para pekerja yang menjalankan alat produksi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Para kaum borjuis mengusahakan biaya paling minim pada  commodity of production yang diperoleh dengan menekan upah para pekerja. Proses inilah yang Marx sebut sebagai “kapitalisme” dan para pelakunya disebut kapitalis.

Maka dapat disimpulkan bahwa mengartikan kapitalisme sebagai sebuah ideologi adalah jelas keliru, mendefinisikan kapitalisme sebagai sistem ekonomi masih kurang tepat, dan yang paling mendekati dari kapitalisme adalah mode produksi.

 

Kapitalisme adalah Liberalisme?

Banyak di antara kita yang masih menganggap kapitalisme dan liberalism adalah sama. Beberapa kadang ada yang menggunakan definisi liberalism untuk mengartikan kapitalisme. Ataupun sebaliknya. Padahal, dari premis-premis saya sebelumnya dapatlah ditarik sebuah inferensi bahwa kapitalisme dan liberalisme, walau adalah dua hal yang terkait, namun tetap berbeda. Liberalisme adalah ideologi, sedangkan kapitalisme adalah mode produksi.

Kapitalisme mungkin lahir dari mekanisme pasar bebas, tetapi bukan berarti dia hanya dapat hidup di alam pasar bebas. Seseorang bisa saja menjadi liberal tapi bukan kapitalis. Dan dalam situasi berbeda dapat pula menjadi seorang kapitalis tanpa harus hidup di ekosistem liberal. Sebagai gambaran: Tiongkok. Tidak akan sulit untuk menemukan praktek-praktek kapitalis di sana; buruh-buruh diupah rendah dan para pemilik modal memperoleh margin keuntungan yang sangat tinggi.

Lalu bagaimana dengan komunisme, apakah kapitalisme adalah bentuk antitesa dari komunisme?

Sebagaimana mempersamakan kapitalisme dan liberalism adalah hal yang keliru, maka memperbandingkan kapitalisme dengan komunisme adalah lebih keliru lagi. Satu yang perlu kalian pahami:komunisme itu tidak pernah benar-benar terwujud di dalam alam realita. Apa yang kita sebut sebagai negara komunis, seperti Tiongkok ataupun Uni Soviet itu tidak benar-benar komunis, lebih tepatnya mereka adalah sosialis. Kenapa? Karena komunisme itu adalah keadaan setelah kapitalisme, dia adalah buah pikir Marx yang sangat utopis, dimana semua orang adalah setara. Dan kita ketahui bersama bahwa tidak pernah ada negara di dunia ini yang garis pada kurva Lorenz-nya berbentuk diagonal sempurna.

 

Epilog

Kapitalisme ini sangat adaptif, dia bisa hidup di mazhab apapun, tumbuh di ideologi apapun dan berkembang di sistem pemerintahan manapun.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar