| Oleh: Arnianti |
“Selamat Hari Kartini kak, terus tumbuh dan
bermekaran kartini-kartini masa kini” Ucap salah satu kawan diskusi saya
melalui pesan whatsapp.
Rupanya hari ini merupakan momentuman Hari Kartini dan seperti tahun-tahun sebelumnya Di Indonesia setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Setelah mendapatkan pesan dari salah satu kawan diskusi, dengan sedikit menahan kantuk saya melihat-lihat whatsapp story kawan-kawan yang lain, “Selamat Hari Kartini untuk semua perempuan di Indonesia” kurang lebih hampir semua kawan saya mengucapkan itu. Mereka menampilkan gambar R.A Kartini dan kutipan-kutipannya yang bisa menjadi motivasi untuk para muda-mudi zaman ini.
Yang
selalu menjadi perhatian saya setiap momentuman hari kartini adalah hari
kartini yang diidentikkan dengan sanggul dan kebaya, seolah itu adalah makna
sebenarnya dari momentuman ini. Dari tahun ke tahun, hari kartini mengalami
pergeseran makna seperti hari ibu –yang
diperingati setiap 22 Desember- yang disampaikan oleh public figure melalui media sosial dan televisi.
Dilansir dari Wikipedia peringatan hari kartini berawal dari adanya Keputusan
Presiden RI No. 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964, yang menetapkan R.A Kartini
sebagai pahlawan nasional sekaligus menetapkan 21 April sebagai momentuman hari
kartini yang bertepatan dengan hari kelahiran Kartini.
R.A
Kartini lahir pada 21 April 1879,sebagai perempuan yang besar di tanah jawa ia
sangat merasakan ketimpangan sosisal antara perempuan dan laki-laki. Semasa
kecilnya ia berjuang untuk kebebasan perempuan untuk membuktikan bahwa
perempuan juga bisa melakukan apa yang dilakukan oleh laki-laki. Hal itu yang
mendorong Kartini mulai belajar membaca sampai akhirnya bisa menempuh pendidikan
di Europes Lagere School (ELS) dan dikemudian hari mengajari beberapa kawan
perempuannya. Untuk mengembangkan gagasan berpikirnya, beliau berkorespondesi
dengan beberapa kawannya yang berasal dari belanda, salah satunya bernama Rosa
Abendanon.
Perjuangan
Kartini untuk kebebasan perempuan sangatlah besar, lalu apakah perjuangan
perempuan hanya sampai di zaman Kartini saja? Jawabannya tidak, karena sampai
saat ini perempuan masih terus di diskriminasi oleh budaya patriarki yang masih
langgeng. Dengan mengikuti perkembangan zaman, bukan berarti perempuan harus
menutup mata dan nyaman dalam pelukan kapitalisme dan budaya patriarki dengan
hanya mementingkan fashion dan make-up ketimbang meneruskan perjuangan
Kartini. Sebab perjuangan perempuan masih akan terus berlanjut, selama
perempuan masih dianggap sebagai second
sex dan terus mengalami segala jenis ketimpangan sosial antara perempuan
dan laki-laki.
Perempuan
harus terus melibatkan diri dalam setiap hal, sebab seperti yang biasa saya
katakan, Tidak akan ada perubahan jika tidak ada keterlibatan perempuan.
Selamat hari Kartini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar